Pagi Itu …

 

Terbangun pagi itu seperti biasa oleh suara orang sibuk bekerja di dapur. Sambil tetap berbaring, aku tersenyum mendengarnya. Kau memang rajin. Kau selalu bangun lebih awal, menyiapkan sarapan, menyiapkan air mandi, plus baju ganti.

Hmmm, aku mungkin wanita paling bahagia di bumi ini.

Harum. Apa yang sedang kau masak untuk hari ini sayang? Apakah nasi goreng spesial, atau hanya sekadar roti panggang dengan telor? Ah, apapun yang kau masak aku akan tetap memakannya dengan lahap.

Suara langkah kaki berjalan. Rupanya kau sudah selesai memasak ya. Aku masih tetap berbaring, membetulkan selimutku, berusaha berkompromi dengan kantuk yang menggayuti mata. Sejenak kupejamkan mata. Aku bisa mendengar langkah kakimu dan suara denting piring beradu dengan kaca meja makan. Aku membayangkan kau sudah selesai masak dan sedang menata meja.

Apakah kali ini kau akan menata meja dengan bunga segar? Atau hiasan-hiasan kecil? Atau mungkin polos saja? Ah, apapun itu aku akan tetap menyukainya.

Samar-samar terdengar suara sendok beradu dengan cangkir. Rupanya kau sedang menyiapkan kopimu. Aku bisa mencium harum kopi dari sini. Harumnya mengajakku untuk membuka mata walau masih terasa berat.

By the way, minuman apa yang akan kau sediakan bagiku pagi ini? Kau selalu mengatakan untuk setiap makanan spesial harus ada minuman spesial pula. Apakah kali ini teh? Atau kopi? Atau air jeruk? Atau hanya segelas air putih segar? Ah, apapun itu, aku akan tetap menikmatinya.

Sejenak tak terdengar suara apa-apa. Rupanya kau sedang menikmati kopimu ya. Kembali terdengar suar alangkahmu. Kali ini pasti menuju kamar mandi. Ya, benar kan. Suara air mengucur terdengar. Aku bisa membayangkan kau membuka keran, lalu mengambil handuk, dan baju ganti, lalu bersender di dinding kamar mandi, menunggui air penuh.

Baju apa yang akan kau sediakan bagiku hari ini? Katamu setiap hari aku harus mengenakan baju spesial karena tiap hari adalah hari istimewa. Apapun baju yang kau pilih, aku akan memakainya.

Suara air berhenti. Rupanya semua persiapan sudah selesai. Sekarang kau pasti akan berjalan ke kamar, dan dengan lembut mengecupku, sambil berkata, “Bangun cantik. Semua sudah siap.”

Ah, betapa bahagianya aku, tiap pagi menjalani rutinitas seperti ini.

Tapi, kenapa kau tidak muncul-muncul. Kenapa tidak terdengar langkahmu menuju kamar? Kenapa tidak ada kecupan. Kenapa? Dengan perasaan tak karuan aku bangun. Aku berlari ke dapur. Kosong. Ke kamar mandi, kosong. Ke meja makan, tak ada orang di sana.

Kemana dirimu pergi? Kenapa kau menghilang begitu saja?

Pelan-pelan aku menarik kursi dan duduk di meja makan. Kesadaranku pun akhirnya kembali kepada diriku. Ya, kau telah tiada. Kau baru saja pergi. Hari ini adalah hari kedua kepergianmu. Tapi bagiku kau masih tetap ada di sini. Masih melakukan  hal yang sama yang kau lakukan setiap pagi. Aku duduk, menatap kosong tembok di hadapanku. Air mata mengalir.

Mengapa cepat kau pergi meninggalkanku? Terlalu banyak kenangan tentangmu di rumah ini. Terlalu banyak langkah kakimu yang tak mungkin terhapus di rumah ini. Seandainya bisa, aku hanya ingin kau kembali, hanya untuk satu pagi, dan menyiapkan sarapan, air mandi, pakaian ganti, dan mengecupku seperti yang biasa kau lakukan.

Seandainya bisa …

 

Bandung 11 Mei 2013

Tentang crossside

Denny Pranolo Ss adalah lulusan Universitas Kristen Maranatha jurusan Sastra inggris. seorang penggemar karya sastra yang tidak biasa, dan sudah bosan baca karya sastra yang biasa. blog ini adalah alter egonya
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar