NASIB SANG ALAT

Image

“Halo?”

“Halo, pak Supri?”“Iya. Siapa ini?”

“Pak, ini saya Sarimin. Tolong saya, pak.”

“Kenapa Min? Kamu kenapa?”

“Saya di kantor polisi pak. Saya dituduh membunuh Pak Bejo.”

“Astaga …”

“Tolong saya, pak. Saya enggak mau dipenjara. Saya enggak bersalah.”

“Gimana saya bisa tolong kamu, Min?”

“Bapak jadi saksi saya yang meringankan kalau saya tidak bersalah.”

“Kenapa saya harus saya?”

“Karena bapak kan tokoh agama. Bapak enggak mungkin bohong. Polisi pasti percaya kesaksian bapak. Tolong saya pak. Tolong ….”

“Sebentar … sebentar. Sebelum saya setuju menolong kamu, coba ceritakan dulu kronologisnya.”

“Saya … saya melakukan seperti yang bapak perintahkan. Saya datangi Pak Bejo di rumahnya, saya langsung tusuk dia. Dua kali. Dia langsung mati.” 

“Bagus.”

“Nah, sekarang tolong saya, pak. Tolong jelaskan sama polisi kalau saya enggak bersalah.”

“Enggak bersalah gimana Min, wong kamu yang bunuh Pak Bejo.”

“Tapi saya kan cuma melakukan perintah bapak. Kata bapak, Pak Bejo itu setan, makanya dia harus dibunuh.”

“Itu ‘kan kata saya … tapi kata polisi kan lain. Kata polisi, Pak Bejo itu warga negara yang baik, calon anggota DPR yang terhormat …”

“PAK! Saya enggak bersalah pak. Bapak sendiri yang bilang kalau saya cuma alat. Bapak sendiri yang bilang kalau saya itu seperti pisau. Pisau enggak bisa disalahkan kalau dia memotong tangan orang. Yang mesti disalahkan itu orang yang memegang pisau, kenapa dia memotong tangan bukan daging. Begitu ‘kan kata bapak sama saya.”

“Betul …”

“Bapak juga bilang kalau saya ditangkap polisi, bilang saja saya pisau. Saya tidak bersalah. Yang bersalah itu orang yang memegang pisau.”

“Betul …”

“Tapi polisi enggak percaya sama saya pak … mereka mau penjarain saya.”

“Min … Min. Kamu itu memang pisau. Kamu tidak bersalah. Yang salah itu orang yang menyuruh kamu membunuh Pak Bejo.”

“Itu berarti …”

“Iya. Saya. Tapi Min, kamu suka nonton film pembunuhan kan?”

“Iya pak.”

“Kamu suka liat kalau di film-film, abis ada orang yang bunuh orang lain pakai pisau, pisaunya dikemanain?”

“Dibuang pak.”

“Betul banget. Nah sekarang kamu sebagai pisau saya buang. Maaf Min, tapi inilah nasib kamu sebagai pisau. Kamu harus dibuang.”

“Pak? Maksudnya?”

“Makasih Min sudah jadi pisau saya. Sekarang saya buang kamu ke penjara.”

“PAK ….”

Klik.

Bandung 17 November 2012

Tentang crossside

Denny Pranolo Ss adalah lulusan Universitas Kristen Maranatha jurusan Sastra inggris. seorang penggemar karya sastra yang tidak biasa, dan sudah bosan baca karya sastra yang biasa. blog ini adalah alter egonya
Pos ini dipublikasikan di Cerpen. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar